Pengertian
Mujahadah Dalam Tasawuf Dan Menurut Para Ulama,- Untuk tahapan selanjutnya
dalam berriyadhoh selain taubat, adalah mujahadah.. itu artinya ia berusaha
keras dan bersungguh-sungguh dalam perjuangan meniti jalan Allah. Meskipun seesorang
telah melewati jalan taubat, tetapi jika tidak bermujadah, maka tak mungkin
mampu meniti jalan menuju Allah dengan benar. Maka, mujahadah merupakan syarat yang tidak boleh diabaikan.
Mujahadah
merupakan amalan baik lahir maupun batin. Tujuannya untuk mencapai karunia
Allah. Karunia itu bisa berupa mahabbatullah, mukasyafah, musyahadah, dan ma’rifah.
Jka seseorang telah mencapai maqam ini, maka daya batinnya dapat diberdayakan
secara maksimal. Sementara itu, Allah swt
berfirman agar kita harus bersungguh-sungguh dalam meraih karunia yang empat
tadi. Hal tersebut tertuang dalam Qs. Al-Hajj : 78
Maksud
bersungguh-sungguh dalam ayat tersebut yakni, bersungguh-sungguh dalam
perjuangan memelihara diri dari berbuat dosa. Bersungguh-sungguh untuk
berpindah dari kebiasaan buruk ke kebiasaan baik, dari baik menjadi lebih baik
lagi. Dan bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu.
Seseorang yang ingin menjerniihkan hatinya demi mencapai ridha Allah, tentunya harus bertekad bulat untuk berjuang melawan hawa nafsu dan melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Dan hendaklah ia dalam setiap sikap dan prilakunya haruslah benar-benar dihiasi akhlaq yang mulia, menguntungkan bagi dirinya dan juga orang lain. Maka, perlahan-lahan jiwa akan membentuk suatu kearifan. Sehingga muncullah sinar musyahadah dalam batinnya.
Sementara
itu, Imam Abu Ali Ad-Daqaq pernah berkata mengenai mujahadah : “Baransiapa yang
menghiasi dzahirnya dengan mujahada, maka Allah akan menganugrahi batinnya
dengan musyahadah. Dan seseorang yang dalam perjalanan hidupnya tidak pernah
merasakan mujahadah, maka mustahil mata hatinya akan mendapatkan musyahadah.” Pada
kesempatan lain, beliau pernah berkata kembali “Seseorang yang pada awalnya
tidak pernah berdiri, maka pada akhirnya dia tidak akan bisa duduk.”
Selain itu, para ulama salaf sering berpesan
agar seseorang bersungguh-sungguh dalam menempuh hidup dan menjalani kebenaran.
Diantaranya adalah Imam As-sirri, beliau berkata : “Bersungguh-sungguhlah kalian sebelum
sampai pada batas akhir kemampuan yang membuat kalian lemah, dan kurang
sebagaimana kelemahan dan kekurangan fisik kalian.”
Sedangkan
sebagian ulama sufi, seperti Al-Qazaz memberikanteori tentang mujahadah dalam
menempuh jalan menuju kebenaran. Ia menyederhanakan menjadi tiga hal, yaitu (1)
bersungguh-sungguh menahan lapar, (2) bersungguh-sungguh menjaga tidur, (3)
bersungguh-sungguh menjaga lisan. Dan Sesungguhnya, mujahadah itu dibangun
diatas 3 hal. (1) Hendaklah engkau tidak makan kecuali benar-benar lapar. (2)
Hendaklah engkau tidak tidur, kecuali benar-benar mengantuk, (3) dan hendaklah
engkau tidak bicara kecuali benar-benar terdesak.
Imam
Ghazali memberi penjelasan terhadap 3 ucapan tersebut : (1) Bersungguh-sungguh
menahan lapar dimaksudkan agar tidak terlalu memanjakan perut. Hal ini
merupakan tradisi kaum sufi untuk membatasi hawa nafsunya terhadap makanan. Sebab
menurut mereka, seseorang yang memanjakan perutnya akan tertutup hatinya dari
jalan kebenaran. Mata hatinya akan tumpul, dan pikirannya menjadi cemerlang.
Begitu
pula menahan tidur, dimaksudkan agar seseorang dapat memaksimalkan umurnya
untuk kegiatan-kegiatan postif yang menguntungkan bagi dirinya. Kegiatan positif
itu jika siang hari ia akan tekun dalam bermuamalah, sedangkan dimalam hari ia
akan tekun dalam ruku dan sujud.
Dan
adapun jangan berbicara kecuali terdesak. Maksudnya, janganlah mengumbar
kata-kata. Karena lidah itu paling mudah berbuat dosa. Dari lidah seseorang
dengan mudah terpeleset, misalnya menghasut, memarahi, dan menertawakan orang
lain. karena hal tersebut akan menyakiti
hati orang lain, dan menjadi dosa bagi kita.
Sementara
itu, Ibrahim bin Adham berkata : Seseorang tidak akan mendapatkan atau mampu
memiliki kebersihan mata hati, jika tidak mampu mengatasi enam rintangan
ini.
1. Menutup
pintu nikmat dan membuka pintu kesulitan
2.
Menutup pintu kemulian lalu membuka pintu kehinaan
3. Menutup pintu istirahat lalu membuka pintu perjuangan
4. Menutup pintu tidur lalu membuka pintu keterjagaan
5. Menutup
pintu kaya lalu membuka pintu kefakiran
6. Dan menutup pintu angan-angan lalu membuka pintu untuk menghadapi kematian.
Menutup
pintu nikmat maksudnya adalah jika seseorang ingin mempertajam mata batinnya
demi merasakan kelezatan bersama Allah, janganlahh ia memburu
kesenangan-kesenangan duniawi belaka. Jangan pula memanjakan diri dengan
kenikmatan-kenikmatan dunia. Karena kenikmatan
itu dapat menumpul mata hati dan mencedrai pikiran. begitupun dengan ke lima
hal selanjutnya.
Itulah
Pengertian Mujahadah Dalam Tasawuf beserta ucapan para ulama sufi. Terima
kasih, semoga bermanfaat !
Allahu a’lam bish-showab.
0 Comments