yang artinya "bermaksud pada sesuatu disertai melakukan maksud tersebut".
Maka, berdasarkan pendapat ini, seseorang belum dikatakan berniat kecuali maksudnya telah direalisasikan dalam perbuatan. Jika hanya sekedar maksud saja tanpa ada realisasi niat, maka itu hanyalah al-azmu (kemauan kuat).
Niat termasuk perbuatan hati, karena niat tempatnya di dalam hati. Perbuatan hati ini menjadi penentu baik atau tidak nya perbuatan lahirnya. Niat yang baik dalam melakukan suatu kebaikan adalah berniat dengan Ikhlas, yakni melakukan suatu perbuatan hanya untuk Allah semata sebagai bentuk penghambaan kepadanya. Lawan dari ikhlas adalah riya, yakni melakukan suatu perbuatan bukan karena Allah. Karena ada nilai menduakan Allah, maka riya disebut juga syirku al-khafi (syirik halus).
Maka kita sebagi muslim dalam melakukan berbagai kebaikan sebagi bentuk penghambaan yang nyata harus senantiasa menjaga hati agar tidak terjerumus ke dalam lubang riya.
Di dalam Al Quran Allah ta'ala berfirman :
لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَ لَا دِمَاؤُهَا وَ لَكِن يَنَالُهُ التَّقوَى مِنكُم
"Daging ataupun darah (sembelihan) tidak akan sampai kepada Allah tetapi ketakwaan dari kalianlah yang akan sampai kepada Allah" (Al Hajj : 37)
Yang Allah terima itu bukan rukuk dan sujudmu tetapi ketakwaanmu dalam menaati Allah lah yang Allah terima. Perbuatan hanyalah simbol penghambaan sedangkan kehambaan sejati hanya bisa ditilai di dalam hati. Namun meski demikian, simbol penghambaan tetaplah penting. Ada aturan mainya atau hukumya yang harus diikuti agar penghambaan dinilai benar oleh Allah. Jadi, semurni apapun niat seseorang jika perbuatannya salah, tetaplah salah.
Ada beberapa tingkatan niat ibadah seseorang.
1) Tingkatan Hamba sahaya
Ini adalah gambaran niat ibdaha seorang hamba di mana ia dalam beribadah semata-mata hanya turut kepada sang majikan(Allah) menuruti semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya karena takut akan ancamanNya.
2) Tingkatan Pedagang
Gambaran untuk tingkatan ini sebagaimana pedagang yang menginginkan keuntungan dimana seorang hamba giat beribadah supaya bisa masuk surga dan terhindar dari kerugian disiksa di neraka.
3) Tingkatan Arifin
Ini adalah tingkatan paling luhur, di mana seorang hamba melakukan kebaikan semata-mata hanya untuk Allah saja, tidak ada untuk selain Allah, murni hanya untuk Allah semata. Hati orang-orang arif ini sangatlah murni dalam mengenal Allah.
Semua tingkatan tersebut semuanya baik dan diterima oleh Allah. Tingkatan ini hanya berdasarkan sejauh mana hamba bermakrifat kepada Allah semata.
1 Comments
apalagi futuhal arifin
ReplyDelete